Mantan kepala keamanan Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengklaim, tiap perusahaan besar yang ada di negara adidaya tersebut telah diserang hacker (peretas) dari China.
Richard Clarke menyatakan, tiap perusahaan besar di AS telah dibobol peretas China yang ingin mencuri data rahasia dan keuangan militer. “Saya terpaksa mengatakan sesuatu yang dianggap orang berlebihan namun saya rasa bukti ini cukup kuat. Tiap perusahaan besar di AS telah dibobol China,” kata Clarke, baru-baru ini.
Clarke mengklaim, perlengkapan komputasi buatan China yang digunakan AS bisa ‘terkontaminasi’ dengan ‘bom logika’ dan ‘trojan horse’ yang mampu membuat peretas China menciptakan ‘pintu belakang’ ke dalam mesin perang Amerika. Clarke yang kini menjadi kepala perusahaan keamanan cyber Harbor ini juga mengklaim, peretas China melancarkan ‘perang ekonomi’ sedikit demi sedikit melawan Amerika dengan menyebarkan rahasia AS ke perusahaan-perusahaan China. Ada perbedaan besar antara jenis spionase cyber pemerintah AS dengan yang dilakukan pemerintah China, kata Clarke. “Pemerintah AS tak membobol perusahaan komputer China seperti Huawei dan memberi rahasia teknologi Huawei ke Cisco yang merupakan pesaing Huawei dari Amerika,” ungkapnmya.
Clarke yakin, perusahaan China menggunakan informasi dari Boeing dan Microsoft sehingga ini akan membuat negara itu berisiko terlibat perang ekonomi. “Ketakutan terbesar saya adalah, bukan lagi Pearl Harbor melainkan kehilangan semua hasil penelitian dan pengembangan yang dicuri orang China. Dan kita tak pernah benar-benar melihat peristiwa tunggal yang membuat kita melakukan sesuatu mengenai hal itu, “ paparnya. Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan AS sudah menghabiskan jutaan dolar untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Di sisi lain, “China bisa bebas mendapat informasi tersebut secara gratis setelah tak mampu bersaing,” katanya. Langkah ini dilakukan setelah beberapa petinggi profil serangan cyber diketahui berasal dari China dengan target pejabat AS dan pemerintah lainnya. China sendiri secara luas dicurigai sebagai asal dari serangan peretasan pada banyak pemerintah dan situs komersial luar negeri.
Namun, para pejabat berulang kali membantah laporan menyatakan pemerintah atau militer mampu melakukan serangan semacam itu. Tahun lalu, peretas yang berbasis di Jinan, China menyerang akun pribadi Gmail dan Yahoo! dari pejabat pemerintah. Menurut para pengamat, metode yang digunakan dalam menyerang negara atau situs komersial ini serupa yang digunakan orang dalam pemerintah atau situs korban. Di sisi lain, pemerintah China membantah keterlibatannya dalam serangan apapun. “Menyalahkan semua kejahatan ini pada China tak dapat diterima,” kata juru bicara kementerian luar negeri China Hong Lei. Pembobolan online merupakan masalah internasional dan China juga menjadi korban, lanjutnya. “Klaim yang menyebut China mendukung pembobolan ini sangat tak bisa diterima,” tutupnya.
0 comments:
Post a Comment